TIMES BLORA, BLORA – Ketua Umum Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), Siswanto menilai banyak hal dari sistem pembangunan di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang dapat menjadi bahan pembelajaran berharga bagi Indonesia.

Menurutnya, pendidikan dan industrialisasi menjadi dua kunci utama dalam melesatnya kemajuan ekonomi negeri tirai bambu itu.

Pengalaman tersebut ia peroleh usai mengikuti program pendidikan politik dan pembangunan ekonomi selama 10 hari di Tiongkok, bersama 18 kader Partai Golkar lainnya dari Indonesia.

Dalam kesempatan itu, rombongan mengunjungi sejumlah wilayah yang dikenal sebagai pusat kemajuan industri dan pendidikan di Tiongkok, mulai dari Provinsi Fujian, Xinghai, hingga Beijing.

"Tiongkok saat ini menjadi negara yang memegang 17 persen perekonomian dunia. Tak hanya itu, pendapatan domestik regional bruto Tiongkok menjadi nomor dua di dunia," ungkap Siswanto, selasa (7/10/2025).

Menurut Siswanto, kemajuan yang dicapai Tiongkok tidak lepas dari keberhasilan mereka dalam mendistribusikan pembangunan industri ke berbagai daerah.

Konsep pemerataan kawasan industri dinilai mampu menciptakan lapangan kerja luas, sekaligus menggerakkan ekonomi di tingkat lokal.

“Kata kunci kemajuan saat ini adalah industrialisasi. Kawasan industri di daerah menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun,” tegasnya.

Ia menilai, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar di berbagai sektor, mulai dari sumber daya alam hingga sumber daya manusia. Namun, potensi itu harus diimbangi dengan strategi pemerataan pembangunan ekonomi berbasis industri di daerah.

Siswanto menambahkan, pembentukan kawasan industri di tingkat daerah bukan hanya memperluas serapan tenaga kerja, tetapi juga meningkatkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Dampaknya, perekonomian daerah menjadi lebih kuat dan mandiri.

“Dengan semakin banyak tenaga kerja terserap, otomatis daya beli masyarakat meningkat. Dari situ, ekonomi daerah akan ikut tumbuh,” ujarnya.

Tak hanya menyoroti sektor industri, Siswanto juga menekankan pentingnya penguatan sistem pendidikan nasional, terutama di daerah-daerah. Menurutnya, pendidikan yang merata dan berkualitas menjadi fondasi penting untuk mencetak sumber daya manusia unggul dan inovatif.

“Peningkatan SDM di daerah bisa memunculkan banyak inovasi. Bahkan, hal itu mampu menjaga stabilitas politik hingga level desa,” imbuhnya.

Dari hasil kunjungan di Tiongkok, Siswanto mengaku banyak belajar tentang bagaimana pendidikan, industri, dan teknologi energi terbarukan terintegrasi dalam satu sistem yang saling mendukung.

“Di Xinghai, misalnya, industrialisasi sudah menyentuh sektor pertanian di tingkat pedesaan. Mereka menggunakan energi hijau (green energy) dan teknologi modern untuk mendukung produktivitas,” paparnya.

Sementara di Beijing, ia berkesempatan berdiskusi langsung dengan para akademisi dan profesor di sejumlah universitas ternama. 

Di sana, ia mempelajari lebih jauh tentang konsep modernisasi, integrasi industri pedesaan dan perkotaan, serta pemanfaatan energi terbarukan yang telah menjadi kebijakan nasional di Tiongkok.

“Saya banyak mendapat ilmu praktis tentang modernisasi di sana. Tiongkok telah berhasil mengintegrasikan antara dunia pendidikan, industri, dan riset secara berkelanjutan,” terang Siswanto.

Ia berharap, pengalaman tersebut dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia, khususnya bagi para pembuat kebijakan di tingkat pusat maupun daerah, agar lebih serius dalam membangun sistem industri yang merata, berbasis inovasi, dan berorientasi pada peningkatan SDM.

“Kalau Tiongkok bisa melakukan itu dalam beberapa dekade, Indonesia juga bisa. Asalkan ada keseriusan dan keberlanjutan dalam membangun,” tutupnya. (*)