TIMES BLORA, JAKARTA – Rusia memperingatkan akan mengambil tindakan pembalasan yang sangat keras jika Uni Eropa melanjutkan rencana untuk mentransfer aset Rusia yang dibekukan ke Ukraina, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Rabu (8/10/2025) di Moskow.

“Para pejabat Eropa mencoba dengan berani mengambil aset Rusia—semakin banyak semakin baik. Namun, skema pinjaman yang mereka promosikan ke Kiev memicu reaksi tenang di banyak ibu kota Eropa. Keinginan untuk melakukan penipuan kini digantikan oleh rasa takut akan konsekuensi hukum dan tindakan balasan. Saya ulangi, tindakan ini akan sangat keras,” ujar Zakharova.

Komentar ini muncul setelah Perdana Menteri Belgia Bart De Wever meminta jaminan hukum penuh dari seluruh UE sebelum pengalihan aset Rusia. Sikap ini dilaporkan sempat membuat beberapa pemimpin Eropa kesal pada KTT informal UE pekan lalu di Kopenhagen.

Mayoritas aset kedaulatan Rusia yang dibekukan di Eropa—diperkirakan lebih dari €200 miliar (sekitar Rp3.848 triliun)—saat ini berada di platform keuangan Euroclear di Belgia.

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan bahwa UE tidak berencana menyita aset Rusia secara langsung, melainkan akan menggunakan hasilnya untuk memberikan pinjaman kepada Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menegaskan, setiap upaya negara-negara Barat untuk menyita cadangan Rusia berpotensi menghancurkan tatanan keuangan dan ekonomi global serta memperdalam “separatisme ekonomi.”

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menambahkan, Moskow “pasti akan menanggapi” apa yang disebutnya sebagai pencurian, dan menegaskan bahwa Rusia akan mengambil tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Pemantau internasional menilai ketegangan ini bisa berdampak pada stabilitas ekonomi global, mengingat besarnya nilai aset Rusia yang dibekukan dan kepentingan geopolitik yang terkait. (*)