TIMES BLORA, JAKARTA – Setiap tanggal 24 Juli diperingati sebagai Hari Berkebaya Nasional. Mungkin belum familiar bagi sebagian TIMES Lovers, sebab Hari Berkebaya Nasional memang baru ditetapkan pada 2023 lewat Keputusan Presiden Nomor 9/2023.
Jadi Hari Berkebaya Nasional baru tiga tahun dirayakan. Lantas mengapa ada peringatan Hari Berkebaya Nasioal?
Berikut ulasannya yang telah dirangkum TIMES Indonesia dari berbagai sumber.
Penetapan Hari Berkebaya Nasional pada 2023 lalu menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian kebaya sebagai warisan budaya bangsa.
Ide tersebut sebenarnya sudah muncul saat Kongres Wanita Indonesia (KWI) ke-10 tahun 1964. Saat itu semua peserta kongres mengenakan kebaya sebagai bentuk penghargaan pada Ibu Negara Fatmawati Sukarno yang selalu tampil anggun dengan kebaya.
Ibu Negara Tien Soeharto mengenakan kebaya dalam kunjungannya ke Kerjaan Belgium.
Pada zaman orde baru, kebaya juga digunakan istri pejabat pemerintahan, juga istri jajaran menteri. Istri Presiden Soeharto, Tien Soeharto juga selalu menggunakan kebaya dalam berbagai acara, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam perjalanan masa, kebaya juga digunakan untuk acara-acara formal kenegaraan, peringatan Hari Kemerdekaan, pernikahan, juga acara non formal lainnya.
Hingga muncul komuninas berkebaya di berbagai daerah. Komunitas ini menggunakan kebaya dalam aktivitas kesehariannya. Tujuannya selain untuk melestarikan warisan budaya bangsa, mereka juga ingin mengkampanyekan bahwa memakai kebaya tak perlu menanti momen khusus.
Antusiasme perempuan Indonesia berkebaya, akhirnya pada tahun 2023 Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Berkebaya Nasional.
Setahun kemudian, tepatnya 4 Desember 2024, dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) di Asuncion, Paraguay, UNESCO menentapkan kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda.
Asal mula kebaya
Kebaya punya sejarah panjang. Berbagai sumber menuliskan bahwa cikal bakal kebaya bermula dari akulturasi budaya dari beberapa negara, mulai Arab, China, dan India.
Tapi dalam bentuk potongan kebaya, baru muncul sekitar tahun 1500-an di Jawa. Pakaian ini digunakan oleh perempuan dari kalangan bangsawan sesuai dengan usia dan status pernikahan.
Untuk anak kecil belum mengenakan kebaya, biasanya hanya kain jarik yang dibalut ke tubuh yang disebut kemben. Jika telah aqil baligh, para gadis mengenakan kebaya pendek. Kemudian untuk perempuan yang telah menikah pakai kebaya panjang.
Bahan yang digunakanpun beragam, sesuai dengan status sosial masa itu. Bahan yang paling mahal adalah sutera dan beludru.
Perempuan masa kini mengenakan kebaya dengan berbagai model selalu up to date. Ada beberapa jenis kebaya yang paling umum digunakan. Seperti kebaya encim, kebaya Bali, kebaya kutubaru, kebaya janggan, kebaya Kartini dan lainnya.
Bahkan tak jarang kebaya dipadu padankan dengan fashion lainnya. Hal ini dilakukan supaya kebaya tetap bertahan di tengah hantaman budaya asing. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 24 Juli Diperingati Hari Berkebaya Nasional, Begini Sejarahnya
Pewarta | : Dhina Chahyanti |
Editor | : Dhina Chahyanti |