TIMES BLORA, BLORA – Waduk Greneng yang berada di Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, mulai ramai dikunjungi warga sebagai destinasi wisata alam sederhana. Selain berfungsi sebagai irigasi pertanian, waduk ini kini dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi murah meriah.
Jauh dari hiruk pikuk kota, waduk ini menjelma menjadi ruang pelarian sederhana bagi masyarakat lokal ataupun luar kota yang ingin menenangkan pikiran.
Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 30 menit atau sejauh kurang lebih 12 kilometer dari pusat Kota Blora, tepatnya dari Alun-alun Blora.

Aksesnya cukup mudah dan tidak dipungut biaya masuk maupun parkir karena waduk ini dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
Kendaraan bisa diparkir bebas di luar pagar waduk atau di sekitar warung-warung kecil yang berjajar di tepi kawasan. Salah satu warung tersebut bahkan menyediakan fasilitas sampan bagi pengunjung yang ingin menyusuri waduk seluas sekitar 45 hektar itu.
Pemilik warung sekaligus penyedia jasa sampan, Sujaedi (55), mengatakan Waduk Greneng hampir setiap hari dikunjungi warga dari berbagai daerah di Blora. “Rata-rata yang datang sekitar seratus orang,” ujarnya saat ditemui di lokasi pada sabtu (27/12/2025).
Menurut Sujaedi, aktivitas pengunjung cukup beragam. Ada yang datang untuk memancing, berkeliling waduk menggunakan sampan, hingga sekadar duduk santai menikmati suasana.
Banyak pengunjung menghabiskan waktu di bawah rindangnya pohon seri, bercengkerama bersama keluarga atau teman sambil ngopi dan menikmati makanan ringan dari warung sekitar.
Ia mengungkapkan, saat ini memiliki sekitar 20 unit sampan yang disewakan dengan tarif Rp20.000 per perahu per hari. “Biasanya disewa buat mancing,” katanya.
Untuk menjaga keselamatan, Sujaedi memastikan setiap pengunjung yang ingin naik perahu telah disediakan pelampung. “Kalau ada yang penasaran pengin naik perahu, ya kita siapkan pelampung,” ujarnya.
Meski kini ramai dikunjungi, Waduk Greneng sejatinya dibangun sebagai sarana irigasi pertanian bagi masyarakat sekitar. Namun seiring waktu, waduk ini berkembang memiliki potensi lain, mulai dari perikanan hingga wisata alam yang ramah lingkungan. “Kalau perikanan, di sini ikannya banyak. Ada tombro, nila, patin, bawal, sampai lobster juga ada,” jelas Sujaedi.

Salah satu pengunjung, Nana (19), warga Desa Sendangwungu, Kecamatan Banjarejo, mengaku sengaja datang ke Waduk Greneng untuk mencari ketenangan. “Pengin cari oksigen aja. Jauh dari perkotaan, cocok buat nenangin pikiran dan hiburan ringan,” tuturnya.
Menurut Fitri, kondisi waduk masih tergolong asri meskipun belum dikelola secara maksimal. Akses jaringan internet pun masih terbatas. “View-nya bagus, menurut saya mirip Sarangan tapi versi sederhana. Ini kayak Sarangannya Blora. Wisatanya murah dan ekonomis,” ucapnya.
Dengan segala kesederhanaannya, Waduk Greneng perlahan menjadi alternatif wisata alam yang menawarkan ketenangan, tanpa tiket masuk dan tanpa hiruk pikuk, cukup dengan alam yang berbicara. (*)
| Pewarta | : Ahmad Rengga Wahana Putra [MG-301] |
| Editor | : Faizal R Arief |